DD-News-Sabtu 13 September
2014 bertempat di auditorium Dian Didaktika dilaksanakan kegiatan Seminar
Parenting. Seminar bertajuk “Melawan Kejahatan Seksual” disampaikan nara sumber
Ibu Elly Risman Musa, Psi. salah seorang ahli psikologi spesialis parenting di
Indonesia. BP-3 SD Islam Dian Didaktika yang diketuai oleh Ibu Wenny Habib
memprakarsai kegiatan seminar tersebut.
Ruang auditorium dipenuhi oleh sekitar 150 peserta. Sebagian besar
adalah wali murid SD Islam Dian Didaktika. Kegiatan seminar dibuka oleh Ketua
Yayasan Dian Didaktika Ibu Dra. Murdiati
Sulastomo. Hadir pula mengikuti kegiatan seminar para pengurus yayasan dan
pimpinan unit SD dan SMA Islam Dian Didaktika.
Seminar dibuka dengan
cuplikan-cuplikan berita, contoh-contoh nyata kasus-kasus yang berkaitan dengan
tindakan amoral dan asusila yang dilakukan oleh anak-anak, ataupun dilakukan
oleh orang dewasa kepada anak-anak sebagai korbannya. Siapa yang tidak tahu
kasus JIS? Kasus siswa/siswi SMPN 4 Jakarta? Kasus perkosaan, ataupun suka sama
suka yang bahkan kita tidak sangka pelakunya masih berusia SD, atau dilakukan
oleh orang-orang dekat korban. Belum lagi kasus-kasus penyimpangan seksual,
seperti lesbian, homoseksual, biseksual, transgender, dan pedofilia. Melakukan
hubungan seksual beramai-ramai, atau ditonton teman-teman. Bahkan melakukannya
dengan binatang! Sesekali Ibu Elly menitikkan air mata, atau bicara dengan
emosi meluap dan dengan suara sedikit bergetar. Beliau (dan seharusnya kita
semua juga merasakan itu) sangat gusar. Mengapa bangsa Indonesia khususnya
orang tua banyak yang belum menyadari hal ini. Ya, kita memang bukannya tidak
pernah mendengar tentang kasus-kasus tersebut. Tapi apa yang telah kita
lakukan? Sebagian besar barangkali menjawab tidak ada. Tidak memikirkannya.
Cuek. Apatis. Tidak peduli. Atau berfikir masa bodoh karena yang penting bukan
anak saya. Yang penting saya mengajari anak saya yang baik-baik. Saya sudah
menyekolahkannya di sekolah berbasis agama, yang lingkungannya baik. Jadi anak
saya pasti baik-baik saja. Yakinkah kita? Padahal anak kita bermain dengan anak
tetangga, dengan sepupu, bergaul dengan banyak teman di sekolahnya, ditempat
les, di mal dll. Anak-anak kita masih banyak yang suka nonton TV, main games,
internetan, tergabung diberbagai media sosial, memakai HP yang sangat mudah
terkoneksi dengan internet, kalaupun tak punya ia masih bisa meminjam kepada
temannya.
Sekarang ini
anak-anak kita berada di era dimana sedemikian mudahnya akses terhadap
kekerasan, pornografi, dan seks lewat berbagai media. Generasi anak kita
terpapar pornografi. Sementara dampak pornografi sedemikian dahsyat. Dampak
pornografi membuat anak dan remaja Indonesia memiliki perpustakaan porno yang
bisa diakses kapan saja dan dimana saja, pornografi merusak otak, pornografi
merangsang tindakan asusila.
Apa yang harus dilakukan orang tua dan guru? Ibu Eli sangat mewanti-wanti tentang perhatian kita kepada
anak. Menggunakan bahasa Melayu beliau menyampaikan perumpamaan yang menarik
yaitu jangan sampai anak kita seperti beribu
ada, beribu tiada. berayah ada, berayah tiada. Kewajiban orang tua dan guru
dalam mengemban amanah Allah adalah:
- Meyakini bahwa agama dan budaya merupakan tameng terbaik dampak pornografi dan kerusakan otak.
- Ajarkan agama (sebenarnya merupakan tanggung jawab utama orang tua) tentang: mengenal Allah, mencintai Rasulullah SAW dan mencontoh akhlaknya, mempelajari Al QurĂ¡n dan mempraktekkannya, persiapan memasuki usia pubertasnya (fiqih thoharoh dan bersuci).
- Membuat anak memahami bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda dengan segala konsekwensinya.
- Menghangatkan hubungan dengan anak.
- Galang kerjasama dengan pasangan, membangun pengasuhan yang utuh ‘dual parenting’ dengan melibatkan ayah secara aktif.
- Kerjasama dengan guru sekolah, pengasuh anak, lingkungan.
- Genapkan ikhtiar dengan do’a.
Ibu Elly juga sharing
bersama kami mengenalkan underwear
rule kepada anak dengan cara role
play. Ibu Elly mengenalkan ada 3 sentuhan yang bisa kita ajarkan
kepada anak untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual:
- Sentuhan baik : dari atas bahu hingga kepala, dari lutut hingga kaki. sentuhan ini maksudnya boleh disentuh siapa saja.
- Sentuhan membingungkan: sentuhan dari bahu hingga ke atas lutut.
- Sentuhan tidak baik atau tidak boleh disentuh oleh siapapun kecuali ibu dan dokter, yaitu sentuhan untuk tubuh yang ditutupi pakaian renang.
Seminar yang menarik
dan sangat menggugah kesadaran kita ini berakhir pukul 13.00. Menutup
pemaparannya Ibu Elly menyampaikan 3 hal penting yang harus menjadi perhatian
para orang tua maupun guru pada saat menjelaskan masalah pornografi ataupun
pendidikan seks yaitu usia anak, tingkat kecerdasan, dan tipe kepribadian anak.
Akhirnya kita semua
berharap semoga kita dapat menjadi orang tua dan guru yang mampu merawat,
menjaga, dan membimbing anak-anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah
serta tangguh menghadapi zamannya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar